Matahari belum menampakan wujudnya pagi ini. Tetapi Siti dan Ibunya sudah repot menyiapkan barang dagangan mereka. Jam menunjukan pukul 04.15 pagi. Siti sibuk membungkus ikan dan mengikat sayuran untuk dijual pagi ini. Seperti biasa warung sayur milik Ibunya akan selalu selalu ramai. Apalagi hari minggu.
“Ti..” panggil Ibunya.
“Iya Bu..” jawab Siti sambil terus mengikat sayur.
“Kamu mandi dulu sana, siap-siap pergi sekolah”
“iya Bu” jawab Siti Patuh.
Siti dapat dikatakan anak yang kurang mampu. Tetapi ia punya semangat yang besar untuk sekolah. Dengan semangat Siti berjalan ke sekolah. Ia memandang sekitarnya. Suasana kota sudah mulai sibuk, orang-orang banyak yang memulai aktivitasnya dan jalan mulai penuh dengan kendaraan yang berlalu lalang. Siti merasa pusing. Ia tidak suka suasana kota yang ramai. Jam sudah menunjukan pukul 06.20. Siti segera bergegas menuju sekolahnya. Ia tidak ingin mendapat hukuman jika terlambat nanti.
“ Sitiii..”
Siti menoleh ke arah suara itu berasal. Itu suara Tika, sahabat Siti. Tika anak orang kaya. Walupun begitu Tika tidak pernah sombong. Ia mau berteman dengan siapa saja termasuk Siti. Walupun Siti anak orang miskin.
“Tika ? kenapa ?”
“Sit..Aku lupa ngerjain PR biologi. Kamu udah ngerjain kan ?”
“iya udah, nih” Dengan enggan Siti memberikan buku latihan biologinya kepada Nindya.
Siti dan Tika sangat berbeda. Tika anak orang kaya yang manja yang dengan mudah bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Jauh berbeda dengan Siti. Siti bisa dikatakan anak yang kurang mampu. Setiap hari harus membantu Ibunya berjualan. Kedua orang tua Siti sudah lama bercerai, sejak Siti masih duduk di bangku Sekolah dasar. Ayah Siti tidak lagi mengirimkan uang untuk Siti dan Ibunya, sehingga Ibunya harus bekerja keras untuk membiayai sekolah Siti. Terkadang ia merasa kasihan pada Ibunya, karena harus bekerja dari pagi hingga malam. Siti pernah berfikir untuk berhenti sekolah , tetapi Ibunya melarangnya. Siti pernah berkata pada Ibunya,
“Bu,Siti tau Ibu capek. Malam Ibu harus kepasar, Paginya Ibu jualan. Siti mau bantu Ibu. Siti gak sekolah juga gak apa-apa kok Bu.” Kata Siti. Dengan cepat Ibunya menjawab.
“Ibu pengen kamu Sekolah Ti. Gak boleh kaya Ibu. Kalau kamu berhenti sekolah, usaha Ibu selama ini sia-sia. Ibu masih mampu kok biayain kamu sekolah” jawab Ibu Siti
Mendengar perkataan Ibunya, membuat Siti semakin Semangat. Ia berjanji tidak akan mengecewakan Ibunya. Walau bagaimanapun Siti harus tetap sekolah. Ibunya ingin Siti menjadi anak yang pintar & sukses suatu hari nanti. Tidak seperti dirinya yang hanya menjadi tukang sayur. Ibunya juga ingin Siti menunjukan kepada ayahnya bahwa ia bisa lulus sekolah walaupun tanpa bantuan ayahnya. Siti tahu bahwa Ibunya sangat tidak suka pada ayanya. Tetapi Siti sadar, itu tetap ayah Siti. Ayah kandungnya. Yang pernah menyayanginya & yang pernah mendidiknya.
Disekolah Siti merupakan anak yang aktif dan pintar. Ia mendapatkan peringkat pertama dikelasnya. Siti juga aktif di organisasi OSIS bersama sahabatnya Tika. Masing-masing menjabat sebagai Wakil ketua OSIS & sekertaris. Tika sangat senang mempunyai teman seperti Siti. Siti berbeda dengan teman-temannya yang lain. Siti ceria, rajin,pintar. Setiap datang ke sekolah selalu semangat.
“Sit.. kamu gak capek bantu Ibumu terus ? bangun jam 4, terus bantu Ibu kamu. Setelah itu sekolah” tanya Tika suatu hari.
“Ibuku lebih capek Tik dari aku. Aku Cuma sekedar membantu. Kalau bukan aku yang bantu, siapa lagi ? Dia kerja keras buat aku. Dia aja ga pernah ngeluh. Malu aku sama Ibu kalau aku ngeluh.” Jawab Siti.
Tika tersenyum. Ia kagum pada Siti.
Suatu hari Siti tampak bingung. Ia sudah menunggak bayaran uang sekolah selama 2 bulan. Padahal sebentar lagi ujian kelulusan. Siti tampak risau. Ibunya belum mempunyai cukup uang untuk membayar. Jangankan untuk 2 bulan, satu bulan pun Ibunya belum sanggup bayar. Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Siti memutuskan untuk mencari uang sendiri. Dengan kreatif Siti membuat berbagai barang yang kemudian ia jual ke teman-temannya. Seperti membuat jepit rambut, pembatas buku, dan lain-lain. Hasilnya lumayan. Siti dapat membayar uang sekolah yang satu bulan itu & yang satu bulannya lagi, Ibunya yang membayar. Ibunya mendapatkan pinjaman dari tetangga.
Ujian Nasional sudah di depan mata. Banyak anak yang sibuk mengikuti Tryout di tempat les. Berbeda dengan Siti. Siti hanya belajar di rumah & meminjam soal-soal Tryout dari kakak kelasnya. Siti belajar dengan tekun. Ia selalu ingat pada Ibunya. Yang tak kenal lelah bekerja untuknya. Dan yang selalu mendukungnya.
Pengumuman kelulusan tiba. Para siswa sudah berkumpul di sekolah sejak pagi. Siti mencari namanya di papan pengumuman. Namanya tidak ada di sana. Siti mencari lagi untuk kedua kalinya, namanya tetap tidak ada disana. Siti mundur beberapa langkah dan tediam. Air matanya mulai berjatuhan. “Ibu akan sangat kecewa jika tahu aku tidak lulus.” Pikir Siti. Tika menghampiri Siti yang sedang menangis.
“Ga usah nangis Ti. Nama kamu emang ga ada di Situ. Tapi kamu liat ga, kertas di sebelahnya? Disitu ada nama kamu. Kamu tuh lulus Siti.”
“Hah..” Siti bangkit dan melihat kertas disebelahnya. Tika benar namanya ada di sana. Ia lulus.
“Thanks Tik. Ibu akan senang mendengarnya.”
Tika tersenyum.”Iya sama-sama Ti. Ibu kamu akan bangga sama kamu”
Setelah mendapat pemberitahuan dari kepala sekolah, ternyata nilai ujian Siti yang paling tinggi di sekolah. Ibunya bangga mendengar itu. Tapi mungkin Siti belum bisa melanjutkan sekolah ke Perguruan tinggi. Karena biaya masuk Universitas yang cukup mahal. Tetapi pihak sekolah akan memberikan Beasiswa kepada Siti. Siti tidak ingin menyianyiakan kesempatan itu. Siti mendapat beasiswa keperguruan Tinggi di Luar negeri. Tetapi ia berpikir lagi. “Jika aku kuliah di sana, Siapa yang akan membantu Ibu disini ?Siapa yang akan merawatnya jika ia sakit ? jika aku disini, Ibu tidak perlu capek-capek jualan sayur lagi” Pikirannya tentang Ibu.
“Siti.. Ibu tau kamu mau melanjutkan sekolah kesana. Ibu gak apa-apa kok Ti.” Kata Ibunya seolah tau apa yang dipikirkan Siti.
“Bu..Siti mau. Tapi siti gak mau ninggalin Ibu sendiri. Kalau Ibu sakit siapa yang mengurus Ibu ?”
“Ibu gak apa-apa kok Ti. Kesempatan kan gak datang 2 kali. Sayang kalau kamu sia-siakan Ti. Lebih baik kamu pikirin lagi Ti. Jangan sampe kamu nyesel”
Beberapa hari Siti memikirkan Beasiswa itu. Ia bingung. Tetapi Siti harus memilih. Siti sudah berjanji untuk membahagiakan orang tuanya, apalagi Ibunya yang sudah cappek kerja untuk membiayai sekolahnya selama ini. Keesokan harinya Siti pergi kesekolah. Siti harus bertemu dengan kepala Sekolah.
“ Bagaimana Ti ? sudah membuat keputusan ? kamu mau menerima Beasiswa itu kan? keluar negeri loh Ti.” Kata kepala sekolah.
“Saya datang kesini ingin membicarakan ini pada Bapak.”
“Oh.. Silahkan”
“Maaf Pak, Saya tidak bisa menerima Beasiswa ini. Saya ingin mencari pekerjaan. Saya tidak bisa meninggalkan ibu sendiri. Saya juga ingin Ibu istirahat”
“kamu yakin Ti ?”
“Saya yakin Pak. Saya sudah memikirkan ini dengan matang”
“Baiklah. Tidak apa-apa. Bapak doakan kamu bisa mendapatkan pekerjaan secepatnya. Bapak yakin kamu Bisa”
Siti tersenyum lalu berkata “Terima kasih Pak”
Dengan sabar Siti mencari pekerjaan. Ia akan terus berusaha walaupun mencari pekerjaan sangatlah sulit. Beberapa hari kemudian, Siti mendapat pekerjaan di suatu perusahaan di Jakarta. Ibunya pun tidak perlu lagi bejualan sayur . Dengan uang yang ia kumpulkan Siti berhasil meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Beberapa tahun kemudian Siti berhasil menjabat sebagai orang penting di kantornya. Ia dapat membuat Ibunya senang bahkan dapat membiayai ibunya untuk menunaikan ibadah Haji. Suatu hal yang tak pernah dibayangkan oleh Ibunya. Janji Siti untuk membahagiakan Ibunya pun terpenuhi. Ia bersyukur pada Tuhan karena bisa membahagiakan Ibunya. Usaha Ibunya menyekolahkan Siti tidak sia-sia.
_SELESAI_