Kompuasi merupakan sebuah sistem yang
akan menyelesaikan masalah matematis menggunakan komputer dengan cara menyusun
algoritma yang dapat dimengerti oleh komputer yang berguna untuk menyelesaikan
suatu masalah.
Komputasi dapat di implementasikan
dalam berbagai bidang seperti matematika, fisika, kimia, biologi, geologi,
geografi, dan sebagainya. Tetapi disini akan dijelaskan mengenai implementasi komputasi
di bidang Biologi. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup
dan kehidupannya. Contoh implementasi komputasi di bidang Biologi misalnya
Bioinformatik.
Bioinformatik merupakan Bioinformatika
(bahasa Inggris : bioinformatics) adalah (ilmu yang mempelajari) penerapan
teknik komputasional untuk mengelola dan menganalisis informasi biologis.
Bidang ini mencakup penerapan metode-metode matematika, statistika, dan
informatika untuk memecahkan masalah-masalah biologis, terutama dengan
menggunakan sekuens DNA dan asam amino serta informasi yang berkaitan
dengannya. Contoh topik utama bidang ini meliputi basis data untuk mengelola
informasi biologis, penyejajaran sekuens (sequence alignment), prediksi
struktur untuk meramalkan bentuk struktur protein maupun struktur sekunder RNA,
analisis filogenetik, dan analisis ekspresi gen.
Kemajuan teknik
biologi molekular dalam mengungkap sekuens biologis dari protein (sejak awal
1950-an) dan asam nukleat (sejak 1960-an) mengawali perkembangan basis data dan
teknik analisis sekuens biologis. Basis data sekuens protein mulai dikembangkan
pada tahun 1960-an di Amerika Serikat, sementara basis data sekuens DNA
dikembangkan pada akhir 1970-an di Amerika Serikat dan Jerman (pada European
Molecular Biology Laboratory, Laboratorium Biologi Molekular Eropa). Penemuan
teknik sekuensing DNA yang lebih cepat pada pertengahan 1970-an menjadi
landasan terjadinya ledakan jumlah sekuens DNA yang berhasil diungkapkan pada
1980-an dan 1990-an, menjadi salah satu pembuka jalan bagi proyek-proyek
pengungkapan genom, meningkatkan kebutuhan akan pengelolaan dan analisis
sekuens, dan pada akhirnya menyebabkan lahirnya bioinformatika.
Perkembangan
Internet juga mendukung berkembangnya bioinformatika. Basis data bioinformatika
yang terhubung melalui Internet memudahkan ilmuwan mengumpulkan hasil
sekuensing ke dalam basis data tersebut maupun memperoleh sekuens biologis
sebagai bahan analisis. Selain itu, penyebaran program-program aplikasi
bioinformatika melalui Internet memudahkan ilmuwan mengakses program-program
tersebut dan kemudian memudahkan pengembangannya.
Perkembangan
jaringan internet juga mendukung berkembangnya bioinformatika. Pangkalan data
bioinformatika yang terhubungkan melalui internet memudahkan ilmuwan dalam
mengumpulkan hasil sekuensing ke dalam pangkalan data tersebut serta memperoleh
sekuens biologi sebagai bahan analisis. Selain itu, penyebaran program-program
aplikasi bioinformatika melalui internet memudahkan ilmuwan dalam mengakses
program-program tersebut dan kemudian memudahkan pengembangannya.
Pangkalan Data
sekuens biologi dapat berupa pangkalan data primer untuk menyimpan sekuens
primer asam nukleat dan protein, pangkalan data sekunder untuk menyimpan motif
sekuens protein, dan pangkalan data struktur untuk menyimpan data struktur
protein dan asam nukleat.
Pangkalan data
utama untuk sekuens asam nukleat saat ini adalah GenBank (Amerika Serikat),
EMBL (the European Molecular Biology Laboratory, Eropa), dan DDBJ (DNA Data
Bank of Japan, Jepang). Ketiga pangkalan data tersebut bekerja sama dan
bertukar data secara harian untuk menjaga keluasan cakupan masing-masing
pangkalan data. Sumber utama data sekuens asam nukleat adalah submisi
(pengumpulan) langsung dari peneliti individual, proyek sekuensing genom, dan
pendaftaran paten. Selain berisi sekuens asam nukleat, entri dalam pangkalan
data sekuens asam nukleat pada umumnya mengandung informasi tentang jenis asam
nukleat (DNA atau RNA), nama organisme sumber asam nukleat tersebut, dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan sekuens asam nukleat tersebut.
Selain asam
nukleat, beberapa contoh pangkalan data penting yang menyimpan sekuens primer
protein adalah PIR (Protein Information Resource, Amerika Serikat), Swiss-Prot
(Eropa), dan TrEMBL (Eropa). Ketiga pangkalan data tersebut telah digabungkan
dalam UniProt, yang didanai terutama oleh Amerika Serikat. Entri dalam UniProt
mengandung informasi tentang sekuens protein, nama organisme sumber protein,
pustaka yang berkaitan, dan komentar yang pada umumnya berisi penjelasan
mengenai fungsi protein tersebut.
Perangkat
bioinformatika yang berkaitan erat dengan penggunaan pangkalan data sekuens
Biologi ialah BLAST (Basic Local Alignment Search Tool). Penelusuran BLAST (BLAST
search) pada pangkalan data sekuens memungkinkan ilmuwan untuk mencari sekuens
baik asam nukleat maupun protein yang mirip dengan sekuens tertentu yang
dimilikinya. Hal ini berguna misalnya untuk menemukan gen sejenis pada beberapa
organisme atau untuk memeriksa keabsahan hasil sekuensing atau untuk memeriksa
fungsi gen hasil sekuensing. Algoritma yang mendasari kerja BLAST adalah
penyejajaran sekuens.
PDB (Protein
Data Bank, Bank Data Protein) ialah pangkalan data tunggal yang menyimpan model
struktur tiga dimensi protein dan asam nukleat hasil penentuan eksperimental
(dengan kristalografi sinar-X, spektroskopi NMR, dan mikroskopi elektron). PDB
menyimpan data struktur sebagai koordinat tiga dimensi yang menggambarkan
posisi atom-atom dalam protein atau pun asam nukleat.
CONTOH PENGGUNAAN BIOINFORMATIKA :
1. Bioinformatika Dalam Bidang Klinis
Bioinformatika
dalam bidang klinis sring juga disebut sebagai informatika klinis (clinical
informatics). Aplikasi dari informatika klinis ini berbentuk manajemen
data-data klinis dari pasien melalui Electrical Medical Record (EMR) yang
dikembangkan oleh Clement J. McDonald dari Indiana University School of
Medicine pada tahun 1972. McDonald pertama kali mengaplikasikan EMR pada 33
orang pasien penyakit gula (diabetes). Sekarang EMR telah diaplikasikan pada
berbagai macam penyakit seperti data analisa diagnosa laboratorium, hasil
konsultasi dan saran, foto rontgen, ukuran detak jantung, dll.
2. Bioinformatika Untuk Identifikasi Agent Penyakit Baru
Bioinformatika
juga menyediakan tool yang sangat penting untuk identifikasi agent penyakit
yang belum dikenal penyebabnya. Misalnya saja seperti SARS (Severe Acute
Respiratory Syndrome) yang dulu pernah berkembang.
3. Bioinformatika Untuk Diagnose Penyakit Baru
Untuk menangani
penyakit baru diperlukan diagnosa yang akurat sehingga dapat dibedakan dengan
penyakit lain. Diagnosa yang akurat ini sangat diperlukan untuk pemberian obat
dan perawatan yang tepat bagi pasien.
Ada beberapa
cara untuk mendiagnosa suatu penyakit, antara lain: isolasi agent penyebab
penyakit tersebut dan analisa morfologinya, deteksi antibodi yang dihasilkan
dari infeksi dengan teknik enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), dan
deteksi gen dari agent pembawa penyakit tersebut dengan Polymerase Chain
Reaction (PCR).
4. Bioinformatika Untuk Penemuan Obat
Cara untuk
menemukan obat biasanya dilakukan dengan menemukan zat/senyawa yang dapat
menekan perkembangbiakan suatu agent penyebab penyakit. Karena perkembangbiakan
agent tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, maka faktor-faktor inilah yang
dijadikan target. Diantaranya adalah enzim-enzim yang diperlukan untuk
perkembangbiakan suatu agent.